Rabu, 15 Februari 2012

GORESAN TANPA MAKNA


Cahaya bintang bagai malaikat senja
gerimis siang ini memberikan perubahan alam
pohon  yang rindang dalam kedamaianbunga yang indah memberikan ketentraman
rumput yang hijau dalam ketenangan
Air yang mengalir bagai cinta
angin memberikan  kesejukan
menyatu diantara pintu negeri ini..
kutorehkan tinta pulpen pemberian ibu pada secarik kertas suci
mengharap kasih sayang bagai berlian yang berkilau
seakan menjadi seni yang kotor dimata mereka yang tak mengengetahuinya
lantai yang bermandikan hujan yang jatuh bagai kue dari langit..
PENULISAN KREATIF
TUGAS JURNALISTIKMERANGKAI KATA YANG TELAH ADA

SEPI YANG TAK BERUJUNG


Senja begitu sepi, seakan tak memiliki arti
aku diam dan tak memahami sepi ini
sepi yang menyiksa pikiran dan mengusik lamunanku
lamunan tentang dirimu yang telah pergi
pergi tanpa kata
meninggalkanku tanpa makna
kemanakah engkau pergi ?
mengapa engkau menghilang?
kau pergi bagaikan angin
yang tak menyisakan jejak sedikit pun

aku pergi takkan lama
karna kepergianku adalah yang terbaik
kupergi untuk berfikir
tindakan apa yang akan kulakukan selanjutnya
dan semoga bisa lebih baikYah..mungkin ini sudah menjadi takdirku
aku hanya bisa pasrah pada sang pencipta
karena..semua sudah diatur oleh yang kuasa

#PENULISAN KREATIF
TUGAS JURNALISTIK MERANGKAI KALIMAT DEMI KALIMAT

CINTA TANPA MATA


gerimis mengawali sereku. tetapi hal ini tidak mengurangi niatku untuk tetap beraktivitas. karena inilah kebutuhanku. dan aku tak memiliki kekuatan sedikitpun untuk menolaknya. aku melakukan dan terus melakukannya, aku tak menghiraukan yang ada disekelilingku. hingga aku pun terjatuh. aku akan bangkit dan berlari. rasa malu menggelayuti pikiranku. akupun bernyan yi .."malu..aku malu..pada semut merah".rasa ini hanya bisa kutahan. hingga seakan memaksaku untuk meluapkannya. namun, aku siram ketersiksaan ini dengan cinta. karena cinta adalah penawar segalanya. penawar apapun yang mengganggu hidup ini. dan, lagi-lagi cinta mampu membuat segalanya bisa  berubah. cinta memang gila. tapi, jangan sampai hanya karena cinta  kita menjadi gila. karna meskipun tanpa cinta, hidup akan tetap berlanjut.

#TUGAS JURNALISTIK
PENULISAN KREATIF MERANGKAI KALIMAT DEMI KALIMAT

Minggu, 12 Februari 2012

alur dalam novel pintu karya fira basuki


ALUR DAN PENGALURAN
Plot atau alur merupakan salah satu unsure fiksi yang penting, dan dapat pula dokatakan sebagai salah satu unsure yang terpenting dalam fiksi. Kejelasan plot menurut pendekatan structural merupakan kejelasan tentang hubungan antarperistiwa yang dikisahkan secara linier mampu mempermudah dalam pengkajian cerita yang ditampilkan.
Plot sering disebut alur secara tradisional namun, dalam teori-teori yang berkembangdikenal adanya istilah struktur naratif, susunan dan juga sujet.  Kegiatan pemplotan, pengaluran merupakan kegiatan memilih peristiwa yang akan diceritakan dan kegiatan menata atau mengolah dan menyiasatiperistiwa-peristiwa tersebut dalam struktur linier dalam karya fiksi.
UNSUR-UNSUR PENTING DALAM ALUR
Dalam sebuah karya fiksi peristiwa,konflik dan klimaks merupakan unsur yang sangat pentung dalam pengembangan sebuh plot atau alur. Adanya plot dapat ditentukan oleh ketiga unsure tersebut. Ketiga unsur tersebut memiliki hubungan yang mengerucut misalalnya dalam sebuah karya fiksi mengandung banyak cerita namun belum tentu semuanya merupakan konflik. Jumlah konflik juga sangat banyak, namun tidak semua konflik dapat dipandang sebagai klimaks.
a.       Peristiwa
Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan kekeadaan yang lain(Luxemburg dkk: 1992:150). Peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam sebuah karya fiksi sangat banyak, namun tidak semua peristiwa tersebut berfungsi sebagai pendukung plot. Peristiwa dalam hubungannya dalam pengembangan plot/alur atau perannya dalam penyajian cerita peristiwa dapat di bedakan kedalam tiga jenis , yaitu peristiwa fungsional, kaitan dan acuan( Luxemburg dkk: 1992:151-2)
Peristiwa fungsional yaitu peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi dan menentukan perkembangan plot. Urutan-urutan peristiwa fungsional merupakan inti karya fiksi yang bersangkutan.oleh karna itu, kehadiran peristiwa-peristiwa tersebut dalam kaitannya dengan logika cerita merupakan suatu keharusan. Dalam kaitannya dengan novel PINTU karya Fira Basuki  peristiwa fungsional dapat terlihat dari kehidupan Bowo terlahir sebagai bayi kuning yang ternyata memiliki indra keenam yang mampu melihat kehidupan yang tidak kasat mata. Bowo yang menjalin hubungan dengan beberapa wanita yang ditemuinya yang memiliki watak yang berbeda hingga akhirnya mengetahui kenyataan jika seorang wanita yang dulu dicinttainya masih setia menunggunya yang terjawab pada akhir cerita pintu hati pun terbuka.
Peristiwa kaitan yaitu peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa-peristiwa fungsional dengan pengurutan penyajian cerrita secara plot. Peristiwa ini kurang memengaruhi pengembangan plot cerita. Peristiwa kaitan akan memperlengkap cerita, menyambung logika cerita, memperkuat adegan dan peristiwa fungsional. Dalam kaitannya dengan novel PINTU karya Fira Basuki yaitu peristiwa yang dialami oleh Bowo saat menjalani hubungan bersama Erna yang ternyata pada akhirnya diketahui memiliki niat yang jahat. Selain itu, juga mengenai peristiwa pertemuan Bowo bersama Paris yang menyembunyikan identitasnya sebagai istri orang lain dan menjalin hubungan hingga akhirnya berpisah dan mekahi seorang wanita idaman orang tuanya.
Peristiwa acuan adalah peristiwa yang tidak secara lamngsung berpengaruh atau berhubungan dengan perkembangan plot, melainkan mengacu pada unsur lain, misalnya berhubungan dengan masalah perwatakan atau suasana yang melingkupi batin tokoh. Peristiwa ini menceritakan mengenai suasana alam dan batin (Luxemburg : 150-1). Dalam kaitannya dengan novel PINTU karya Fira Basuki yaitu pada saat Bowo memilih bekerja untuk membiayai hidupnya pada saat ayahnya tidak lagi bisa membiayainya. Bowo akhirnya bekerja bersama Antoni yang menjerumuskan dirinya berurusan dengan kepolisian.
b.      Konflik
Konflik yaitu suasana yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi atau dialami oleh tokoh cerita.  Dalam novel PINTU karya Fira Basuki konflik batin yang dialami Bowo ketika mengetahui adanya kekuatan yang dimilikinya dan mengharuskannya mendatangi daerah yang tidak diketahuinya dan semua yang dilaluinya seakan hanya mimpi namun semua itu betul adanya. Selain itu juga konflik yang dialami pada saat menjalani hubungan bersama Erna yang pada akhirnya diketahui oleh teman-temannya jika iya dikirimi ilmu hitam dan membuatnya bermasalah dengan keluarganya akibat perilaku Erna.
c.       Klimaks
Dala sebuah katya fiksi, konflik dan klimaks sangat penting adanya. Sebuah konflik yang semakin menonjak dan meruncing hingga mencapai puncak disebut klimaks. Konflik Antara Bowo dan beberapa wanita mencapai puncaknya ketika Bowo dan Putri yang pada awalnya seorang pasang kekasih namun harus berakhir karna jarak yang memisahkan mereka, pada akhirnya mencengankan banyak orang di hari pernikahan Bowo dan Aida ketika Yangti (eyang putri) meninggal dunia selesai berbicara dengan Putri. Diketahui bahwa pembicaraan mereka yaitu mengenai perasaan Putri terhadap Bowo yang tak pernah hilang sampai saat itu dan pintu hati pun terbuka. Selain ketiga unsure tersebut, dapat ditambahkan beberapa unsure lainnya. Misalnya unsure kewajaran/kemungkinan. Pada novel PINTU karya Fira Basuki unsure kewjaran yaitu pada saat Bowo terlahir sebagai bayi kuning yang ternta memiliki mata ketiga atau mampu melihal hal-hal yang tidak kasat mata dan aura-aura yang dimiliki orang lain. Hal tersebut dapat diwajarkan karna Bowo juga dikatakan masih keturunan Sunan Kalijaga.
Yang kedua yaitu suspense(ketegangan). Pada novel PINTU karya Fira Basuki unsure ketegangan terjadi ketika Niko meninggal yang membuatnya ketakutan karna namanya terseret gara-gara pada saat kejadian tersebut dirinya bersama niko dan polisi pun mencarinya. Namun pada akhirnya masalah tersebut berakhir dan diketahui pelakunya adalah si Udel. Hingga akhirnya orang tua Bowo memutuskan mengirimya ke Amerika.
Selanjutnya unsure surprise/kejutan. Dalam novel PINTU karya Fira Basuki pembaca mendapatkan unsure kejutan yaitu pada saat Bowo mengunjungi adiknya yang berada di Singapura dan bertemu dengan seorang anak kecil yang memiliki nama yang sama dengan seorang wanita yang pernah bersamanya yaitu Paris. Bahkan anak kecil tersebut memiliki sifat,wajah dan memanggil dirinya sama dengan Paris. Selain itu surprise yang dimunculkan yaitu pada saat semua orang mengetahui pintu hati seorang Putri yang mampu menjaga cintanya terhadap Bowo meskipun Bowo seringkali menghianatinya hingga sampai pada puncaknya Bowo menikahi wanita lain dan ternyata Putri masih memiliki cinta itu dan menyebabkan Yangti meninggal.
            Dari keseluruhan yang ditampilkan pengarang baik dari segi alur,konflik,peristiwa hingga klimaks yang dialami oleh para tokoh, semua unsure tersebut memiliki keterkaitan diantaranya yang diawali dengan adanya tokoh Bowo yang pada awalnya menceritakan kisah percintaannya dengan beberapa wanita yang memiliki konflik yang berbeda hingga akhirnya cerita cinta tersebut berakhir dengan sebuah kisah yang sangat mencengankan yaitu sebuah ketulusan hati seorang wanita yang terabaikan oleh seorang laki-laki.
 
DAFTAR PUSTAKA
·         Basuki, Fira. 2002. Pintu. Jakarta: PT Grasindo.
·         Luxemburg, Jan van dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : PT Gramedia.
·         Sugihastuti, dkk. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
·         Suyoto, Agustinus. Lembar Komunikasi Bahasa dan Sastra Indonesia.Http://www.unsur-unsur intrinsik prosa-.htm

tokoh dalam vovel pintu karya fira basuki


TUGAS 4
1.      TOKOH
Dalam novel PINTU karya Fira Basuki pengarang memunculkan beberapa tokoh diantaranya Bowo yang berperan sebagai tokoh utama atau tokoh sentral. Selain itu, pengarang juga menampilakan beberapa tokoh diantaranya papa, mama, Putri, Erna, yangti, june, jigme, adi, paris, jeliteng, H. Brewok, Udel, Dodi, Anna.
2.      CARA PENYAJIAN TOKOH
Penokohan yaitu penyajian watak tokoh  dan penciptaan citra tokoh. Dalam penyajian watak tokoh ada beberapa macam metode penyajian watak tokoh yaitu
a.       Metode analitis / langsung/diskursif
Yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung
b.      Metode dramatik/tak tangsung/ragaan
Yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula  dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
c.       Metode kontekstual
Yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang digunakan pengarang. Dalam novel ini, penyajian watak tokoh dengan menggunakan metode
Dalam novel ini menggunakan metode dramatik /tidak langsung/ragaan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek yang  berhubungan dengan dengan aspek itu sendiri. Tokoh Bowo disajikan dalam tokoh utama oleh pengarang dengan memunculkan karakter tokoh tersebut sehingga pembaca mampu menangkap karakter tersebut. Selain itu dalam beberapa dialog, pengarang jiga memunculkan karaktaear tokoh utama sacara langsung memaparkan secara jelas karakter dari tokoh utama.
3.      PENOKOHAN:
Peran tokoh utama
Biasanya di dalam suatu cerita fiksi terdapat tokoh cerita atau pelaku cerita. Tokoh cerita bisa satu atau lebih. Tokoh yang paling banyak peranannya di dalam suatu cerita di sebut tokoh utama. Antara tokoh yang satu dengan  yang lain ada keterkaitan. Tindakan tokoh cerita ini merupakan rangkaian peristiwa antara satu kesatuan waktu dengan waktu yang lain. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tokoh tentu ada penyebabnya dalam hal ini adalah tindakan-tindakan atau peristiwa sebelumnya. Jadi mengikuti atau menelusuri jalannya cerita sama halnya dengan mengikuti perkembangan tokoh melalui tindakan-tindakanny. Dalam novel PINTU karya Fira Basuki dapat dilihat bahwa yang termasuk tokoh utama yaitu Bowo. Bowo menjalani kehidupannya sebagai manusia yang memiliki mata ketiga atau mampu melihat hal-hal yang kasat mata ataupun tidak kasat mata.  Dalam kehidupannya dia beberapa kali bertemu dengan beberapa wanita yang berbeda hingga akhirnya ia menemukan manita yang menemani hidupnya. Dalam novel ini, tokoh bowo ditampilkan secara terus menerus dari awal hingga akhir cerita. Tokoh bowo merupakan tokoh yang membawa konflik dalam
4.      KARAKTER TOKOH
Karakter tokoh dalam sebuah novel sangat berpengaruh terhadap alur cerita dalam novel tersebut. Dalam novel pintu tokoh Bowo merupakan tokoh utama. Karakter tokoh utama dalam novel ini ditunjukkan dengan ucapan-ucapan dan perbuatan  tokoh Bowo. Yaitu seorang laki-laki yang dijelaskan oleh pengarang memiliki mata ketiga atau indra keenam yang mampu melihat masa lalu dan masa yang akan datang. Tokoh utama
SUMBER
·         Basuki, Fira. 2002. PINTU .  Jakarta. PT. Grasindo
·         Suyoto, Agustinus. Lembar Komunikasi Bahasa dan Sastra Indonesia.Http://www.unsur-unsur intrinsik prosa-.htm

strukturalisme


Sejarah, unsur-unsur dan kelemahan strukturalisme.
Strukturalisme dalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudayaan  memiliki suatu struktur yang sama dan tetap. Tahun 1966 digambarkan oleh Francois Dosse dalam bukunya Histoire du Structuralism sebagai tahun memancarnya strukturalisme di Eropa, khususnya di Prancis. Perkembangan strukturalisme pada tahun 1967-1978 digambarkan sebagai masa penyebaran gagasan strukturalisme dan penerangan tentang konsep strukturalisme serta perannya dalam ilmu pengetahuan. Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere (membangung), structura berarti bentuk bangunan. Struktualisme berkembang pada abad  20, muncul sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis.
Teori struktural memiliki prinsip-prinsip dasar yaitu diantaranya:
a.       Karya sastra merupakan sesuatu yang otonom atau berdiri sendiri
b.      Karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun karya sastra
c.       Makna sebuah karya sastra hanya dapat diungkapkan atas jalinan atau keterpaduan antarunsur
Teori struktural memandang teks sastra sebagai satu struktur dan antar unsurnya merupakan satu kesatuan yang utuh, terdiri dari unsur-unsur yang saling terkait, yang membangun satu kesatuan yang lengkap dan bermakna.  Menurut Abrams, teori struktural adalah bentuk pendekatan yang obyektif karena pandangan atau pendekatan ini memandang karya sastra sebagai suatu yang mandiri. Ia harus dilihat sebagai obyek yang berdiri sendiri, yang memiliki dunia sendiri, oleh sebab itu kritik yang dilakukan atas suatu karya sastra merupakan kajian intrinsik semata. Abrams menambahkan, bahwa suatu  karya sastra menurut kaum strukturalisme merupakan suatu totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya.
Teori struktural memandang teks sastra sebagai satu struktur dan antarunsurnya merupakan satu kesatuan yang utuh, terdiri dari unsur-unsur yang saling terkait, yang membangun satu kesatuan yang lengkap dan bermakna. Cara kerja dari teori struktural adalah membongkar secara struktural unsur-unsur intrinsik, yaitu dengan mengungkapkan dan menguraikan unsur-unsur intrinsik. Analisis struktural yang menekankan otonomi teks sastra, menurut Teeuw, ternyata belum  merupakan teori sastra. Bahkan tidak berdasarkan teori sastra yang tepat dan lengkap sehingga dapat membahayakan pengembangan teori sastra. Analisis berdasarkan konsep otonomi karya sastra juga menghilangkan konteksnya dan fungsinya. Akibatnya, karya sastra itu terasing dan akan kehilangan relevansi sosial budayanya. Makna karya sastra (puisi, cerpen, novel) tidak hanya ditentukan oleh struktur itu sendiri, tetapi juga latar belakang pengarang, lingkungan sosial budaya, politik, ekonomi dan psikologis pengarangnya. Faktor-faktor ekstrinsik yang disebutkan tadi memberikan andil yang besar kepada pengarang untuk melahirkan karyanya. Mengingat sastra tidak bisa dilepaskan dengan realitas kehidupan masyarakat, maka faktor-faktor lingkungan, kebudayaan dan semangat zaman, tak bisa diabaikan. Dengan demikian, gerakan otonomi karya sastra sesungguhnya berarti menempatkan pada ruang yang terpencil. Dalam kaitan inilah pendekatan struktural kemudian digugat karna dianggap terdapat kelemahan didalam analisisnya.



Sumber:
·         Suara Karya, Sabtu, 6 November 2010
·         Yusuf Kamal. 2009. TEORI SASTRA,Modul Mata Kuliah. IAIN Surabaya. Surabaya
·         Luxemburg, Jan Van dkk. 1984. Penganter Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Gramedia
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Satra. Jakarta. Pustaka Jaya

struktural


Sejarah, unsur-unsur dan kelemahan strukturalisme.
Strukturalisme dalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudayaan  memiliki suatu struktur yang sama dan tetap. Tahun 1966 digambarkan oleh Francois Dosse dalam bukunya Histoire du Structuralism sebagai tahun memancarnya strukturalisme di Eropa, khususnya di Prancis. Perkembangan strukturalisme pada tahun 1967-1978 digambarkan sebagai masa penyebaran gagasan strukturalisme dan penerangan tentang konsep strukturalisme serta perannya dalam ilmu pengetahuan. Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere (membangung), structura berarti bentuk bangunan. Struktualisme berkembang pada abad  20, muncul sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis.
Teori struktural memiliki prinsip-prinsip dasar yaitu diantaranya:
a.       Karya sastra merupakan sesuatu yang otonom atau berdiri sendiri
b.      Karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun karya sastra
c.       Makna sebuah karya sastra hanya dapat diungkapkan atas jalinan atau keterpaduan antarunsur
Teori struktural memandang teks sastra sebagai satu struktur dan antar unsurnya merupakan satu kesatuan yang utuh, terdiri dari unsur-unsur yang saling terkait, yang membangun satu kesatuan yang lengkap dan bermakna.  Menurut Abrams, teori struktural adalah bentuk pendekatan yang obyektif karena pandangan atau pendekatan ini memandang karya sastra sebagai suatu yang mandiri. Ia harus dilihat sebagai obyek yang berdiri sendiri, yang memiliki dunia sendiri, oleh sebab itu kritik yang dilakukan atas suatu karya sastra merupakan kajian intrinsik semata. Abrams menambahkan, bahwa suatu  karya sastra menurut kaum strukturalisme merupakan suatu totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya.
Teori struktural memandang teks sastra sebagai satu struktur dan antarunsurnya merupakan satu kesatuan yang utuh, terdiri dari unsur-unsur yang saling terkait, yang membangun satu kesatuan yang lengkap dan bermakna. Cara kerja dari teori struktural adalah membongkar secara struktural unsur-unsur intrinsik, yaitu dengan mengungkapkan dan menguraikan unsur-unsur intrinsik. Analisis struktural yang menekankan otonomi teks sastra, menurut Teeuw, ternyata belum  merupakan teori sastra. Bahkan tidak berdasarkan teori sastra yang tepat dan lengkap sehingga dapat membahayakan pengembangan teori sastra. Analisis berdasarkan konsep otonomi karya sastra juga menghilangkan konteksnya dan fungsinya. Akibatnya, karya sastra itu terasing dan akan kehilangan relevansi sosial budayanya. Makna karya sastra (puisi, cerpen, novel) tidak hanya ditentukan oleh struktur itu sendiri, tetapi juga latar belakang pengarang, lingkungan sosial budaya, politik, ekonomi dan psikologis pengarangnya. Faktor-faktor ekstrinsik yang disebutkan tadi memberikan andil yang besar kepada pengarang untuk melahirkan karyanya. Mengingat sastra tidak bisa dilepaskan dengan realitas kehidupan masyarakat, maka faktor-faktor lingkungan, kebudayaan dan semangat zaman, tak bisa diabaikan. Dengan demikian, gerakan otonomi karya sastra sesungguhnya berarti menempatkan pada ruang yang terpencil. Dalam kaitan inilah pendekatan struktural kemudian digugat karna dianggap terdapat kelemahan didalam analisisnya.

Sumber:
·         Suara Karya, Sabtu, 6 November 2010
·         Yusuf Kamal. 2009. TEORI SASTRA,Modul Mata Kuliah. IAIN Surabaya. Surabaya
·         Luxemburg, Jan Van dkk. 1984. Penganter Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Gramedia
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Satra. Jakarta. Pustaka Jaya

novel,roman,novelet


TUGAS 2
1.      NOVEL
Novel ialah suatu cerita dengan alur panjang mengisi satu buku atau lebih, yang mengarang kehidupan manusia, yang bersifat imajinatif, menceritakan kehidupan manusia hingga terjadinya konflik yang dapat menyebabkan perubahan nasib bagi para pelakunya. Dalam novel terjadi konflik batin, perwatakan digambarkan secara detail, memiliki alur lebih rumit, latar lebih luas dan waktunya lebih lama, lebih panjang karangannya daripada cerpen dan unsur-unsur cerita dalam novel lebih kompleks dan beragam.
2.      CERPEN
Sebuah cerpen pada dasarnya menuntut adanya perwatakan yang jelas. Tokoh merupakan pusat sorotan dalam cerita. Unsur penokohan dalam cerpen terasa lebih dominan, dari pada unsur yang lain. Dalam cerpen perwatakan digambarkan secara singkat, konflik tidak harus terjadi, memiliki latar hanya sebentar dan terbatas serta akhir ceritanya sederhana.
3.      ROMAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia roman merupakan karangan prosa yang melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing. Roman memiliki alur yang kompleks, memiliki konflik yang mengubah nasib tokoh secara tragis dan menceritakan kehidupan tokoh dari awal hingga akhir secara mendetail.
4.      CERBER
Cerber juga dikatakan cerita bersambung. Menurut Prabowo cerber merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berbentuk narasi fiktif yang  biasanya ditulis di Majalah atau dalam media yang lain dan adapun ceritanya dipotong-potong sehingga para pembaca bisa terus menbaca ceritanya sampai akhir.
5.      NOVELET
Novelet yaitu novel pendek. Novelet memiliki cakupan yang lebih luas, baik dalam plot, tema, dan unsur-unsur yang lain. Novelet menurutAngga (1999:23) adalah cerita berbentuk prosa yang panjangnya antara novel dan cerita pendek. Bentuk novelet juga sering disebut sebagai cerita pendek yang panjang saja

SUMBER
·         Kamus Besar Bahasa Indonesia
·         http://go-blogmedia.blogspot.com/2009/09/perbedaan-roman-novel-dan-cerpen.html