Mahasiswa
merupakan harapan bangsa yang dengan pola pikir yang idealis seringkali
meneriakkan adanya perubahan. Menuntut kebijakan pemerintah bagi
masyarakat. Yang sering kali pemerintah mengabaikan janji-janji yang
telah mereka berikan. Mahasiswa memiliki peranan penting bagi arah masa
depan bangsa ini, mereka sengaja dicetak di bangku perkuliahan dengan
segala ilmu yang nantinya dapat mereka terapkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebelum ataupun sesudah mereka di wisuda. Hal
ini merupakan sebuah tanggung jawab yang besar bagi para mahasiswa,
mereka harus berpikir keras tentang arah perubahan yang madani bagi
masyarakat.
Tetapi
yang sangat disayangkan adalah kenyataan mahasiswa masa kini, semakin
maju dan berkembangnya zaman ini malah membuat pikiran idealis mereka
menjadi tumpul. Yang terjadi saat ini adalah mahasiswa menjadi semakin
apatis, mereka tidak lagi peduli tentang isu-isu sosial yang sedang
berkembang di lingkungan kampus, tempat tinggal bahkan isu-isu yang
berkembang dalam pemerintahan. Memang masih ada juga mahasiswa yang
peduli tetapi itu tidak sebanyak dengan kelompok apatis. Tidak salah
jika tujuan mereka untuk kuliah agar nantinya dapat memperoleh masa
depan yang menjanjikan tetapi yang menjadi permasalahan disini adalah
sikap ketidakpedulian mereka terhadap nasib bangsa ini nantinya. Ada
juga mahasiswa yang hanya sekedar kuliah agar mendapatkan gelar sarjana
dengan cara instan atau alasan yang menggelikan adalah mencari jodoh.
Banyak fakta yang terjadi ketika mahasiswa itu harus mengerjakan tugas
akhir atau skripsi sebagai bagian pencapaian gelar sarjana, hal yang
kemudian dilakukan oleh “mahasiswa ndableg” ini adalah mencari “jasa
pembuatan skripsi” sungguh memilukan melihat kenyataan ini. Atau cara
lain yang juga sangat menggelitik dan amat marak akhir-akhir ini dengan
mem-plagiat karya orang lain untuk dijadikan bahan akhir tugas mereka.
Ketumpulan
pada idealisme juga terjadi pada mahasiswa yang seringkali mengaku
bahwa dirinya dan organisasi yang menaunginya adalah benar-benar aktivis
sejati. Mereka rajin melakukan aksi “turun ke jalan” untuk berorasi
dalam demo dan meneriakkan seabrek tuntutan yang harus segera dipenuhi
oleh pemerintah. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan sikap tersebut
karena mahasiswa disebut sebagai seorang agent of change namun akan
menjadi masalah jika demo atau unjuk rasa yang mereka lakukan harus di
nodai dengan tindakan anarkis. Baru-baru ini ditayangan berita hampir
disemua stasiun televisi dapat kita saksikan aksi mahasiswa berdemo dan
terlibat perkelahian dengan aparat keamanan,sangat disayangkan manusia
berpendidikan harus terlibat perkelahian yang ditonton 200juta jiwa
bangasa ini. Dari semua kejadian ini Indonesia tidak akan disebut
sebagai bangsa yang ramah, sopan santun dan berbudi luhur. Agaknya itu
menjadi pesoalan bagi semua masyarakat bangsa Indonesia dalam menghadapi
krisis identitas ini. Sekali lagi ini merupakan tugas berat mahasiswa
sebagai agent of change, perubahan mendasar yang harus segera dilakukan
adalah mahasiswa mampu melihat segala persoalan bangsa ini sebagai
proses pembelajaran yang harus diselesaikan dengan kepala dingin dan
berpatokan pada idealisme mahasiswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar